A.K.U

Diriwayatkan kisah tentang diriku....

Saturday, September 20, 2008

bahaya mazhab Kristian



Bahaya mazhab Kristian yg 'mirip' Islam - gambar BAHAYA BETUL..

gambar Sebuah sektsa dalam agama Kristian, cara peribadatannya hampir sama dengan Islam. Sukar membezakan kristian gaya baru?

Saat Maghrib telah tiba. Belasan orang di Hotel Sahid Surabaya itu bergegas sholat. Semuanya berkopiah dan dipimpin seorang imam. Jangan keliru,mereka bukan kaum Muslimin yang sedang menunaikan kewajiban sholat Mahgrib. Mereka adalah jamaah Kristian Ortodok kristian ortodok, sebuah sektsa dalam agama Kristian. Boleh jadi, orang awam akan terkeliru sebab, sektsa ini memang sangat mirip Islam.Bukan saja asalnya serumpun,Timur Tengah, tapi juga ritual dan tatacara peribadatannya nyaris sama.Tengoklah saat mereka sholat.

Selain berkopiah dan dipimpin seorang imam,bila berjamaah, juga memakai bahasa Arab. Rukun sholatnya pun hampir sama. Ada ruku' dan sujud. Bezanya,bila kaum Muslimin diwajibkan sholat 5 kali sehari, penganut Kristian ortodok lebih banyak lagi, 7 kali sehari setiap 3 jam; masing-masing dua rakaat. Mereka menyebutnya: sa'atul awwal (fajar/shubuh) , sa'atuts tsalis(dhuha) , sa'atus sadis (dhuhur), sa'atut tis'ah (ashar), sa'atul ghurub (maghrib), sa'atun naum (Isya'), dan sa'atul layl (tengah malam).

Hal yang sama juga pada amalan puasa. Puasa wajib bagi orang Islam
dilakukan selama sebulan dalam setahun, dikenal dengan shaumu ramadhan. Sedang pada Kristian ortodok disebut shaumil kabir (puasa 40 hari berturut-turut) yang dilakukan sekitar bulan April. Jika dalam Islam ada puasa sunah Isnin - Kamis, pada kristian ortodok dilakukan pada Rabu dan Juma'at, dalam rangka mengenang kesengsaraan Kristus.

Selain sholat dan puasa, jamaah Kristian ortodok juga mengenal ajaran zakat. Zakat, dalam ajaran Kristian ortodok, adalah satu persepuluh dari pendapatan.

Gambar2 ajaran kristian ortodok yg mungkin anda keliru.... jadi berhati2 la kita tentang ajaran kristian ortodok... hebahkanlah pada kawan2 kita... Yang pasti... ini bukan ayat al-Quran.... . Semoga kita semua berhati2.... . jangan sampai terbeli.... dan digantung di rumah kita. Sebarkanlah supaya semua teman2 kita maklum.

Tolong Baca.Jangan biarkan kita di perbodohkan oleh org2 KAFIR ...
Perhatian: Kalu ternampak penghujungnya ditulis Surah Injilu Matay terus reject.

Assalammualaikum Al Muslimin dan sahabat-sahabat semua...

Sila baca dan edarkan kepada sesiapa yang tiada di dalam e-mail ini...
Jangan jadikan ia sebagai e-mail berantai, anggaplah satu yang penting kerana kita telah mengetahui akan pekara ini... Itulah agenda Kristian, maka berhati-hatilah. .... Jangan terpedaya pada rupanya sahaja tetapi tengok dan selidikilah isinya juga... tengok keseluruhan. Memang ianya nampak cantik sekiranya dibuat untuk menghiasi dinding rumah, Hhmm... sekali pandang macam ayat/ kalimah Al-Quran... sebenarnya ayat dari Bible.

5 jalan memburu kemuliaan insan



5 JALAN MEMBURU KEMULIAAN INSAN

Suatu ketika dahulu, Abu Laith pernah berkata mengenai lima syarat bagaimana untuk mendapat kehormatan dan kemuliaan:-

1. MENAHAN DIRI DARIPADA MAKSIAT
Firman Allah swt yang bermaksud:
“...dan menahan nafsu dari maksiat, maka syurgalah tempatnya..”

2. RELA DAN REDHA DENGAN PEMBERIAN YANG SEDERHANA
Nabi bersabda:
“...harga syurga itu ialah tidak rakus pada dunia...”

3. RAJIN MELAKUKAN KETAATAN DAN KEBAIKAN
Ini kerana kemungkinan amal itu akan menyebabkan pengampunan dan masuk syurga.
Firman Allah yang bermaksud:
“...syurga yang diwariskan kepadamu kerana amal perbuatanmu..”

4. MENCINTAI DAN BERGAUL DENGAN ORANG-ORANG SOLEH
Ini untuk mengharapkan syafaat mereka.
Nabi pernah bersabda:
“...perbanyakkan kawan, kerana setiap kawan itu ad

5. BANYAK BERDOA
Antaranya, minta dimasukkan ke syurga dan husnul khatimah.
Kata ahli hikmah:
“Condong kepada dunia setelah mengetahui pahala bererti satu kebodohan. Tidak bersungguh dalam beramal setelah mengetahui besarnya pahala bererti lemah dan malas. Di syurga nanti ada masa rehat yang tidak dapat dirasai kecuali orang yang tidak pernah berehat di dunia. Ada kepuasan yang tidak dapat dirasai kecuali oleh orang yang meninggalkan berlebih-lebihan dan bersederhana di dunia”

salam.....

BismiLLahirrahmanir rahiim..
Ya Allah,Ya Rahman,Ya rahiim..sambutlah tangan kami ini, pimpinlah ke arah redhaMu dalam apa jua yang kami lakukan, kami mencari suatu rahsia dalam mendidik sebuah keikhlasan agar ianya kekal bertapak di hati kami..Ya Allah, kurniakanlah sebuah ketenangan dan kebahagiaan kepada kami yang segenap ini mendaki langit kehidupan..terkadang tersungkur menilai kaca dan permata, membezakan keperluan dan kehendak, berilah kami hidayahMu, temanilah akal kami dalam membuat pertimbangan, pandulah hati kami dalam mencapai pengetahuan yang sebenar tentangMu..sekian lama kami mencari punca cahayaMu, dekatkanlah kami kepada cahayaMu, terangilah jalan kami dengan petunjukMu.. Ya Allah, Kaulah sebaik-baik penolong maka tolonglah kami ini..
taqabbalna do'a ana ya Allah..innaka antas sami'ul 'alim..
ameen ya Rabbal 'alamiin..~~

perang badar dari kawan mun...

PERANG BADAR
Alkisah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menerima kabar bahwa sebentar lagi kafilah dagang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan akan melintas dari perjalanan pulang mereka dari Syam. Maka, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengumpulkan kaum muslimin dan kemudian bersabda kepada mereka, “Kafilah bangsa Quraisy sebentar lagi akan lewat. Mereka pasti membawa harta. Maka pergilah kalian untuk memerangi mereka! Semoga Allah memberikan kalian kekuatan untuk mengkocar-kacirkan mereka.”

Sementara itu, Abu Ayyub al-Anshari meriwayatkan: Pada saat kami berada di Madinah, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku telah mendapatkan kabar bahwa kafilah Abu Sufyan tak lama lagi akan datang dari Syam. Maka, sepakatkah kalian bila kita menghadang dan menyerang mereka? Sebab, bisa jadi Allah akan memberikan kita kekuatan untuk mengambil harta rampasan dari mereka.” Kami menjawab, “Ya, kami sepakat.” Lalu beliau pun berangkat dan kami ikut bersama beliau.”

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam saat itu tidak mengajak seluruh kaum muslimin; untuk pergi berperang. Beliau hanya mengajak orang-orang yang hadir di hadapan beliau waktu itu. Bahkan, beliau saat itu sempat tidak mengizinkan orang-orang dari dataran tinggi Madinah untuk datang ke perkumpulan itu. Maka dari itu, beliau pun juga tidak mencela siapa saja yang tidak hadir dan tidak mengikuti peperangan ini.”

Jumlah kekuatan kaum muslimin saat itu adalah 313 sampai 317 orang. Mereka terdiri dari kaum Muhajirin 82 atau 86 orang, Bani Aus 61 orang, dan kalangan Khazraj 170 orang.1211 Mereka berjalan dengan hanya membawa 2 kuda dan 70 unta. Maka, setiap dua orang atau tiga saling bergantian dalam mengendarai satu unta.

Alkisah, Abu Lubabah dan Ali ibn Abi Thalib saat itu satu kelompok dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan satu unta. Lalu, ketika giliran. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam untuk berjalan kaki tiba, keduanya berkata, “Kami akan tetap berjalan mengawalmu.” Mendengar ucapan itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Tetapi, kalian berdua tidaklah lebih kuat dariku dan aku bukanlah orang yang mampu memberikan upah kepada kalian.”

Di tengah perjalanan, tepatnya ketika mereka baru sampai Rauha, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memanggil Abu Lubabah dan memerintahkannya untuk kembali ke Madinah. Sebelum itu, beliau memerintahkan Abdullah ibn Ummi Maktum berazan untuk melaksanakan shalat. Sedangkan orang yang menggantikan posisi Abu Lubabah menemani Rasulullah dalam regunya adalah Martsad ibn Abi Martsad.

Ketika Abu Sufyan menyadari akan bahaya yang mengintai rombongannya, ia mengutus Dhamdham ibn Amru al-Ghaffari agar pulang ke Mekah untuk meminta bala bantuan dari bangsa Quraisy. Dhamdham pun segera pergi ke Mekah.

Sesampainya di Mekah, ia menghentikan untanya sambil menutup hidungnya dan berupaya mengendalikan untanya. Lalu, ia merobek pakaiannya dan kemudian berteriak, “Wahai orang-orang Quraisy! Celaka, celaka! Harta kalian yang ada di Abu Sufyan sedang diintai Muhammad dan para sahabatnya. Aku tidak yakin kalian akan mendapatkannya kembali, maka selamatkanlah, selamatkanlah mereka!”

Orang-orang Quraisy pun bergegas berangkat pergi untuk membantu kafilah mereka. Di samping itu, mereka juga ingin bertemu secara langsung dengan kaum muslimin dalam sebuah pertempuran. Mereka berharap, bahwa pertempuran kali itu akan menyudahi, kekuatan kaum muslimin yang selama ini selalu merintangi jalur perdagangan mereka. Tidak ada satu pun para pembesar bangsa Quraisy yang tidak ikut dalam penyerbuan kali itu selain Abu Lahab. Namun, ia telah mengutus Ash ibn Hisyam untuk menggantikan posisinya. Ash melakukan hal tersebut sebagai ganti dari hutang yang dimilikinya yang berjumlah sekitar 4.000 dirham. Selain Abu Lahab, tidak ada satu pun keturunan bangsa Quraisy yang tidak hadir dalam peperangan tersebut kecuali Bani Adi.

Jumlah mereka mencapai 1.300 orang. Mereka membawa 100 tentara berkuda, 600 tentara berbaju besi, dan sejumlah unta yang sangat banyak jumlahnya. Pasukan bangsa Quraisy ini dipimpin oleh Abu Jahal.

Ketika merasa khawatir dengan ancaman Bani Bakar yang akan melakukan tindakan makar karena permusuhan suku ini terhadap bangsa Quraisy selama ini, kaum Quraisy hampir saja kembali ke Mekah dan mengurungkan niat mereka. Akan tetapi, tiba-tiba Iblis muncul dengan menyamar sebagai Suraqah ibn Malik al-Madlaji, pemimpin Bani Kinanah. Ia berkata kepada orang-orang Quraisy, “Aku adalah pendukung kalian dari Bani Kinanah. Dan aku menjamin tidak akan ada serangan apapun terhadap kalian dari Bani Kinanah.” Lalu, Mereka pun dengan mantap meninggalkan kota Mekah sebagaimana diceritakan Allah dalam firman-Nya: “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampung-kampung dengan rasa angkuh dan dengan maksud ria kepada manusia, serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Anfal: 47)

Alkisah, tiga hari sebelum kedatangan Dhamdham ibn Amru di Mekah untuk menyampaikan pesan Abu Sufyan, Atikah binti Abdul Muthalib telah memimpikan peristiwa tersebut. Ia berkata, “Aku melihat seorang laki-laki datang dengan menunggang untanya. Kemudian, ia berdiri di sebuah lembah yang sangat luas dan berkata, ‘Wahai ahli Badar, berangkatlah untuk berperang selama tiga hari.”

Lalu ia menceritakan mimpi itu sebagaimana berikut: Aku melihat orang itu mengambil sebongkah batu besar dan menjatuhkannya dari puncak gunung. Maka, batu itupun meluncur ke bawah hingga hancur berkeping-keping. Akibatnya, setiap rumah atau bangunan yang kemasukan oleh kepingannya pun hancur.

Dalam kisah ini diceritakan pula bantahan Abbas terhadap Abu Jahal ketika ditanya, “Mengapa semua ini bisa terjadi!”, keinginannya untuk mencibir Abu Jahal dan keacuhan Abu Jahal terhadapnya ketika Dhamdham datang dan mengajak bangsa Quraisy untuk mencegah kaum muslimin untuk merampas kafilah mereka. Demikianlah, akhirnya mereka pun bersiap-siap dan kemudian pergi menuju Badar. Dan Allah membenarkan mimpi Atikah tersebut.

Abu Sufyan selalu teringat dengan berbagai bahaya yang berulang kali akan dilancarkan kaum muslimin terhadap dirinya. Karena itu, ketika kafilahnya sudah hampir mendekati Badar, ia menemui Majdi ibn Amru dan menanyakan keberadaan pasukan Rasulullah. Majdi mengatakan, bahwa dirinya baru saja melihat dua orang pengendara unta menderumkan kedua untanya di atas anak bukit. Lalu, keduanya menuangkan air ke tempat minum mereka dan kemudian pergi lagi.

Maka, Abu Sufyan bergegas mendatangi tempat menderumnya kedua unta mereka dan mengambil kotoran keduanya. Lalu, ia meremukkannya hingga mengetahui bahwa kedua unta itu berasal dari Madinah. Lantas, dengan cepat Abu Sufyan mengalihkan rombongannya dari jalan utama yang biasa mereka lalui dan terletak di sebelah kiri Badar. Kemudian, ia membawa kafilahnya menyusuri jalan di tepi pantai yang berada di bagian Barat. Walhasil, akhirnya ia selamat dari bahaya yang mengancamnya. Setelah itu, ia mengirim surat susulan kepada pasukan bangsa Quraisy yang tengah berada di Juhfah. Di dalam surat itu, ia memberitahukan keselamatannya dan mempersilahkan mereka untuk kembali ke Mekah.

Pasukan kaum kafir Mekah pun bersiap-siap untuk kembali. Akan tetapi, Abu Jahal menolak langkah itu. “Demi tuhan! Kita tidak boleh pulang sebelum kita sampai di Badar dan menetap di sana selama tiga hari. Kita akan menyembelih kambing, makan, minum khamr, dan dihibur oleh para penyanyi wanita. Ini, kita lakukan agar orang-orang Arab (kaum muslimin) mengetahui keberadaan, arah perjalanan, dan tujuan kita, sehingga mereka tidak berani lagi mengusik kita selamanya. “

Seluruh pasukan Mekah mengikuti perintah Abu Jahal tersebut, kecuali Akhnas ibn Syariq. Ia bersama kaumnya dari Bani Zahrah kembali ke Mekah. Selain Akhnas, Ali ibn Abi Thalib juga ikut kembali ke Mekah. Pasalnya, sebuah pembicaraannya dengan kaum Quraisy, mereka telah menuduh Bani Hasyim masih menjalin hubungan kekerabatan dengan Muhammad.

Lalu, bangsa Quraisy terus berjalan sampai mendekati wilayah Badar. Tepatnya, di balik bukit pasir pada bagian bibir lembah paling jauh, sampai ke bagian lembah Badar.

Ketika kedatangan pasukan Quraisy di Badar ini sampai ke telinga Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau berunding dengan para sahabatnya tentang langkah apa yang harus mereka lakukan. Ternyata, salah satu kelompok dari pasukan kaum muslimin merasa khawatir bahwa mereka belum siap menghadapi perang sebesar itu. Karena, menurut mereka ini, kekuatan kaum muslimin belum memiliki kemampuan dan perbekalan yang cukup untuk menghadapi perang tersebut. Demikianlah, mereka terus medebat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam

“Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya, mereka membantahmu dengan kebenaran sesudah nyata ( bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).” (QS. Al-Anfal: 5-6) untuk meyakinkan pandangan mereka terhadap beliau. Maka dari itu, Allah berfirman, Kemudian, para pemimpin pasukan Muhajirin angkat bicara. Mereka mendukung pendapat yang menyatakan mereka harus tetap berangkat bertempur menyerang kaum Quraisy. Pendapat ini terlontar dari Abu Bakar, Umar, dan Miqdad ibn Amr. Salah satu perkataan Miqdad adalah, “Rasulullah, laksanakan apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu, kami akan selalu menyertaimu. Demi Allah, kami tidak akan mengulangi perkataan Bani Israel kepada Musa, ‘Berperanglah kamu dan Tuhanmu, karena kami akan tetap diam di sini!’ Sungguh, kami hanya akan berkata, ‘Pergilah kamu dan Tuhanmu, dan sesungguhnya para pasukan perang telah bersiap menyertai kalian berdua! Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran, seandainya kamu membawa kami ke sebuah tempat yang tertutup (telah dikepung musuh) pun, niscaya kami akan tetap berperang bersamamu tanpa memperdulikan mereka semua’.”

Dalam riwayat lain, mereka berkata, “Kami tidak akan mengucapkan kata-kata yang diucapkan oleh kaum Musa, ‘Pergilah engkau dan Tuhanmu. Berperanglah kalian berdua!’ Sebab, sesungguhnya kami akan berperang di samping kanan, kiri, depan, dan belakangmu.” Ucapan Miqdad tersebut membuat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bahagia.

Setelah mendengar pernyataan beberapa pemimpin pasukan kaum Muhajirin, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Wahai orang-orang, siapa lagi yang akan melontarkan pendapatnya kepadaku?” Pertanyaan ini Rasulullah maksudkan untuk memancing pendapat dan pandangan dari para pemimpin pasukan Anshar. Sebab, mereka adalah bagian terbesar dari tentara Islam waktu itu. Di samping itu, karena perjanjian Aqabah Kubra pada dasarnya juga tidak mewajibkan masyarakat Anshar untuk melindungi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam di luar kota Madinah.

Lantas, Sa’ad ibn Muadz-pembawa bendera Anshar-pun angkat suara. Ia memahami maksud perkataan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tersebut. Maka, ia pun segera bangkit dan berkata, “Demi Allah, benarkah yang engkau maksudkan adalah kami?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Benar.” Maka Sa’ad berkata, “Kami telah beriman kepadamu, sehingga kami akan selalu membenarkanmu. Dan kami bersaksi bahwa ajaran yang engkau bawa adalah benar. Karena itu, kami berjanji untuk selalu mentaati dan mendengarkan perintahmu. Berangkatlah wahai Rasululah Shalallahu ‘alaihi wasallam, jika itu yang engkau kehendaki. Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan nilai-nilai kebenaran, seandainya engkau membawa kami ke laut itu, kemudian engkau benar-benar mengarunginya, niscaya kami pun akan mengikutimu. Sungguh, tidak akan ada satu pun tentara kami yang akan tertinggal dan kami tidak takut sedikit pun kalau memang engkau mempertemukan kami dengan musuh-musuh kami esok hari. Sesungguhnya, kami adalah orang-orang yang terbiasa hidup dalam peperangan dan melakukan pertempuran. Semoga Allah memperlihatkan kepadamu berbagai hal dari kami yang dapat memberikan kebahagiaan bagimu. Maka, marilah kita berjalan menuju berkah Allah.”

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam merasa bahagia dengan ucapan Sa’ad tersebut hingga beliau semakin bersemangat. Kemudian, beliau berkata, “Berjalanlah kalian (menuju medan perang) dan beritahukan berita gembira ini. Karena, Allah telah menjanjikan kepadaku akan memberi salah satu dari kedua belah pihak. Demi Allah, sekarang ini aku seperti melihat tempat kekalahan kaum (Quraisy).” Lalu, mereka pun berangkat.
Di tengah perjalanan, tepatnya di lembah al-Wabirah, seorang laki-laki musyrik datang menjumpai beliau. Ia terkenal sebagai seorang pemberani dan kuat. Ia meminta kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam agar diperbolehkan bergabung dengan pasukan muslimin untuk berperang. Akan tetapi, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Pulanglah! Aku tidak akan pernah meminta pertolongan kepada seorang musyrik.” Pada saat beliau berada di dekat pohon. Laki-laki ini mengungkapkan keinginannya untuk kedua kali. Pada saat beliau tengah berada di padang pasir, laki-laki ini kembali mendatanginya dan mengungkapkan keinginannya untuk yang ketiga kali. Akan tetapi, beliau tetap menjawab dengan jawaban yang sama. Akhirnya, laki-laki tersebut masuk Islam dan beliau pun baru mengizinkannya ikut bergabung.
Ketika hampir sampai di Shafra, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengutus Basbas al-Juhni dan Adi ibn Abi Zaghaba al-Juhni ke Badar untuk mengecek dan mencari informasi tentang Abu Sufyan dan kafilah¬nya.

Riwayat lain menuturkan: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakar sendiri yang berangkat untuk melakukan tugas pengintaian ini. Lantas, keduanya dengan seorang lelaki tua. Kepada orang itu, keduanya menanyakan keadaan pasukan kaum Quraisy. Namun, orang itu meminta agar beliau dan Abu Bakar mengatakan terlebih dahulu siapa mereka sebenarnya. Keduanya sepakat dengan syarat itu, tetapi setelah orang itu memberikan informasi yang mereka inginkan. Maka, laki-laki itu mengabarkan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa pasukan Quraisy telah mendengar kedatangan Muhammad dan para sahabatnya pada hari ‘ini’ dan ‘itu’. “Apabila kalian ingin membuktikan, silahkan lihat mereka (kaum muslimin) di tempat ‘ini’(tempat kaum muslimin saat itu berkemah),” ucapnya. Kemudian ia menambahkan, “Bila kalian ingin melihat keberadaan pasukan Quraisy, datanglah ke tempat ini (tempat kaum Quraisy berkumpul waktu itu).”

Setelah itu, orang itu berkata, “Nah, sekarang katakanlah, dari mana kalian berdua ini?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Kami dari daerah perairan.” Kemudian keduanya langsung beranjak pergi meninggalkan orang itu penuh penasaran. “Dari daerah perairan? Apakah mereka dari Irak?” tanyanya dalam hati.

Pada sore harinya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengutus Ali, Zubair, dan Sa’ad ibn Abi Waqqash dengan disertai beberapa orang sahabat untuk mencari informasi tentang gerakan dan keadaan musuh. Kemudian, di sebuah mata air mereka bertemu dengan dua orang pemuda yang bertugas menyediakan air minum pasukan Mekah. Maka, mereka pun membawa kedua pemuda itu ke hadapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam Namun, saat itu beliau tengah melaksanakan shalat. Akhirnya, kedua pemuda itu langsung diinterogasi oleh para sahabat. Ketika ditanya tentang siapa mereka, keduanya mengaku sebagai penyedia air minum Pasukan Quraisy. Namun, para sahabat belum percaya dengan jawaban kedua pemuda tersebut. Bahkan, mereka mengira keduanya telah berbohong. Sebab, mereka masih meyakini keduanya adalah budak milik Abu Sufyan. Pasalnya, saat itu pikiran dan bayangan para shahabat masih tertuju kepada kafilah dagang Quraisy. Lantas, mereka pun beramai-ramai memukuli dua pemuda itu hingga dengan terpaksa mengaku sebagai budak milik Abu Sufyan.

Selesai shalat, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menjumpai para sahabatnya dan mencela perbuatan mereka. Sebab, mereka justru memukuli keduanya saat berkata jujur dan membiarkan keduanya ketika berdusta. Kemudian, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menanyakan kepada keduanya tentang tempat pasukan Mekah berada. Kedua pemuda itu menjawab, “Mereka berada di balik bukit pasir ini, tepatnya di bibir lembah yang paling ujung.”

Lalu, ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menanyakan jumlah dan kesiapan tentara Quraisy, keduanya tidak dapat mengatakannya dengan pasti. Keduanya hanya mengatakan, bahwa setiap hari mereka menyembelih unta dan kambing antara sembilan sampai sepuluh ekor. Dari sini, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menyimpulkan bahwa jumlah mereka sekitar sembilan ratus sampai seribu tentara. Selain itu, kedua budak laki-laki tersebut memberitahukan kepada beliau nama-nama pembesar Mekah yang ada di dalam pasukan Quraisy.

Maka, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada para sahabatnya, “Itulah Mekah. Ia telah melemparkan kepada kalian potongan-potongan hatinya.” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengatakan hal itu seraya menunjuk pada tempat-tempat yang akan menjadi tempat terbunuhnya pemimpin bangsa Quraisy. Dan kemudian terbukti, tempat kematian mereka tidak jauh dari yang ditunjukkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam

Pada malam harinya, Allah menurunkan hujan untuk mensucikan kaum muslimin dan menaklukkan bumi di bawah kaki mereka. Sebaliknya, hujan tersebut menjadi bencana besar bagi kaum musyrikin. Dalam menggambarkan kondisi pada waktu itu, Allah berfirman: “Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).” (QS. Al-Anfal: 11)
Salah satu nikmat yang juga telah Allah berikan kepada kaum muslimin adalah rasa kantuk yang menjadikan mereka merasa tentram dan tenang, sebagaimana yang tertulis pada awal ayat yang menjelaskan diturunkannya hujan, “(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentramanan dari pada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit …. “

Kisah serupa juga diriwayatkan oleh Ahmad dengan isnad yang sampai kepada Anas ibn Malik. Ia mengatakan: Abu Thalhah menceritakan: Kami tiba-tiba mengantuk. Padahal, saat itu kami tengah berada di barisan-barisan kami untuk menghadapi perang Badar. Aku termasuk salah seorang yang dilanda rasa kantuk itu hingga pedang yang ada di genggamanku terjatuh dan kemudian aku mengambilnya. Namun, pedang tersebut kembali terjatuh dan aku pun mengambilnya
Allah juga memberikan nikmat yang begitu besar kepada kaum Muslimin, yaitu dengan menciptakan perselisihan di tengah-tengah barisan musuh mereka. Tentang hal ini, Ahmad menuturkan: Sesungguhnya Atabah ibn Rabi’ah telah membujuk beberapa orang dari kaumnya untuk meninggalkan peperangan dengan mengingatkan mereka tentang akibat dan bahaya yang akan melanda mereka. “Ketahuilah, sesungguhnya kaum muslimin nanti itu akan berjuang mati-matian hingga titik darah penghabisan,” ucapnya memberi alasan. Mendengar hal itu, Abu Jahal menuduh Rabi’ah ketakutan.

Sementara itu, Bazzar menceritakan: Saat itu Atabah berkata kepada kaumnya, “Sesama saudara akan saling membunuh satu sama lain. Sungguh, hal itu akan meninggalkan kepahitan yang tak akan pernah hilang selamanya.” Maka, Abu Jahal pun menuduhnya takut. Tentu saja, ia tak terima dengan tuduhan itu. Lalu ia memanggil saudara laki-laki dan putranya untuk bermain anggar dengan dirinya dengan satu lawan dua.

Saat itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam melihat Atabah sedang mengendarai unta merah. Kemudian, beliau bersabda, “Bila mereka ingin selamat, seharusnya mereka mengikuti perkataan si penunggang unta merah itu. Sungguh, bila mereka mendengar perkataannya, niscaya mereka akan selamat.” Akan tetapi, Allah berkehendak lain. Mereka mengingkari dan tidak mematuhi saran Atabah. Dan sarannya itu terpotong oleh dendam kesumat Abu Jahal terhadap Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin.

lam di belakangnya. Setelah itu, Abu bakar berkata, “Wahai Nabi Allah, tidakkah sudah cukup permohonanmu kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi seluruh janji-Nya kepadamu?” Maka Allah berfirman,”(lngatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang bertutut-turut’.” (QS. Al-Anfal: 9) Dan benar, esok harinya, Allah mengirimkan bala bantuan kepada mereka berupa pasukan tentara malaikat.”

Adapun doa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam pada saat perang Badar yang diriwayatkan oleh Bukhari adalah:”Ya Allah, hamba memohon kepada Engkau akan janji dan perjanjian Engkau. Ya Allah, jika Engkau berkehendak (membuat hamba kalah), Engkau tidak akan disembah setelah hari (peperangan) ini.”

Riwayat lain menceritakan: Lalu Abu Bakar memegang tangan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam dan kemudian berkata, “Sudahlah Rasulullah, engkau sudah meminta dan mendesak Tuhanmu tanpa henti!” Esok harinya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam mempergunakan baju besi dan kemudian keluar dari kemahnya seraya berkata, “Golongan itu (pasukan Quraisy) pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” (QS. Al-Qamar: 45)

Ibnu Hatim menceritakan: Ikrimah berkata, “Ketika diturunkannya ayat ‘ … golongan itu (pasukan Quraisy) pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang … ‘, Umar berkata alam hati, “Golongan manakah yang akan dikalahkan itu?”

Umar radhiallahu ‘anhu juga menceritakan: Ketika perang Badar dimulai, aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam mempergunakan baju besi sambil berkata, Golongan itu (pasukan Quraisy) pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” Maka, aku segera mengetahui maksud ucapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam tersebut.”

Pada hari Jum’at pagi, tanggal 17 Ramadhan, tahun ke-2 hijriah, tepatnya ketika kedua belah pihak (muslim dan Quraisy) sudah saling berhadapan dan sedang mengambil ancang-ancang untuk saling menyerbu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam berdoa kepada Allah seraya berkata: “Ya Allah, itulah kaum Quraisy yang telah datang dengan sombong dan congkaknya. Mereka memusuhi-Mu, menyalahi perintah-perintahMu, dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, aku hanya meminta pertolongan yang telah Engkau janjikan kepada hamba. Ya Allah, binasakanlah mereka pagi ini!”

Setiap kali akan berangkat bertempur, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam selalu terlebih dahulu merapatkan barisan pasukan kaum muslimin. Dia melakukan inspeksi barisan seraya menggenggam sebuah anak panah. Saat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam sedang melakukan pemeriksaan barisan, tiba-tiba beliau menekankan anak panah beliau ke perut Sawad ibn Ghaziyyah. Pasalnya, waktu itu ia agak sedikit keluar dari barisan. Beliau berkata kepadanya, “Sawad, luruskan barisanmu!” Sawad pun menjawab, “Rasulullah, engkau telah menyakitiku, maka bolehkah aku membalasmu?” Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam membuka bagian perut beliau seraya berkata, “Lakukanlah!” Akan tetapi, Sawad ternyata tidak jadi membalas, tetapi justru memeluk Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam dan mencium bagian perut beliau. Dengan heran, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bertanya, “Apa yang membuatmu seperti ini, Sawad?” Sawad menjawab, ‘’Wahai Rasulullah, seperti itulah yang aku inginkan. Sesungguhnya aku telah berharap agar mati setelah bisa menyentuhkan kulitku dengan kulitmu.” Lantas, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam pun mendoakan Sawad dengan hal yang baik-baik.

Setelah itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam memberikan berbagai arahan dan pengarahan kepada pasukan muslim tentang berbagai hal yang berkaitan strategi dan siasat mereka hari itu. Beliau berkata, “Apabila mereka mendekati kalian, maka serang mereka dengan anak panah kalian dan jangan sampai didahului oleh mereka! Ingat, jangan sampai kalian melupakan pedang kalian hingga kalian lengah dan dapat dirobohkan.”

Setelah berpesan demikian, beliau lantas mengobarkan semangat pasukan muslimin dengan berkata, “Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di genggaman-Nya, setiap orang yang berperang melawan mereka (pasukan Quraisy) pada hari ini, kemudian mati dalam keadaan tabah, mengharapkan keridhaan Allah, maju terus pantang mundur, pasti akan dimasukkan ke dalam surga. “

Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dikatakan bahwa ketika kaum musyrikin telah mendekat, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam berkata, “Bangkitlah kalian untuk menuju surga yang luasnya seperti luas langit dan bumi.” Mendengar ucapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam tersebut, Umair ibn Humam al-Anshari berkata, “Wahai Rasulullah! Apakah benar surga memiliki luas seperti luas langit dan bumi?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, “Benar.” Dengan terkagum-kagum, Umair berucap, “Oh, betapa besarnya surga itu!” Lalu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bertanya kepada Umair, “Mengapa engkau berkata demikian?” Umair menjawab, “Tidak, Rasulullah. Demi Allah, aku hanya berharap menjadi bagian dari penghuninya.” Beliau berkata, “Engkau akan menjadi salah satu penghuninya. “

Kemudian, ia mengeluarkan beberapa butir kurma dan memakannya. Setelah itu, ia berkata, “Seandainya aku masih hidup dan dapat memakan kurma-kurma ini, maka itu adalah kehidupan yang sangat panjang.” Lalu ia melemparkan kurma yang ada di genggamannya dan kemudian menjadi beringas bertempur sampai akhirnya terbunuh.

Auf ibn Harits (putra Afra) berkata, ‘’Wahai Rasulullah, apa yang membuat Allah tersenyum saat melihat hamba-Nya?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, “Ketika tangan seorang hamba itu menceburkannya ke tengah-tengah musuh tanpa mempergunakan pelindung.” Maka, seketika itu juga Auf membuka pakaian besi yang melindunginya, dan kemudian melemparkannya. Setelah itu, ia menghunus pedangnya dan bertempur di medan perang sampai terbunuh.”

Sebelum dimulainya peperangan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam meminta kepada para sahabatnya untuk tidak membunuh orang-orang dari Bani Hasyim dan beberapa orang lainnya. Pasalnya, mereka ikut meninggalkan kota Mekah dan berperang karena dipaksa. Dan di antara mereka yang disebutkan namanya oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam adalah Abu Bukhtari ibn Hisyam (salah satu orang yang pergi ke Ka’bah untuk merobek surat pemboikotan bangsa Quraisy terhadap kaum muslimin dan ia sama sekali tidak menyakiti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam) dan Abbas ibn Abdul Muthalib.

Ketika Abu Hudzaifah mendengar perintah itu, ia berkata, “Apakah kami harus membunuh bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, dan keluarga kami, sementara kami harus membiarkan Abbas hidup? Demi Allah, bila aku bertemu dengannya, niscaya aku akan menebasnya dengan pedang.” Akhirnya, ucapan tersebut sampai ke telinga Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam Maka, beliau pun berkata kepada Umar, “Wahai Abu Hafshah, benarkah ia akan memukul wajah paman Rasulullah dengan pedang?” Umar berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan saya untuk memenggal lehernya dengan pedang. Demi Allah, ia telah berbuat kemunafikan.” Sementara itu, beberapa waktu kemudian, Abu Hudzaifah berkata, “Aku merasa tidak tentram dengan kata-kataku saat itu. Bahkan sampai sekarang aku masih merasa takut, kecuali bila aku sudah menebusnya dengan kesyahidan.” Maka, akhirnya Abu Hudzaifah pun mati syahid pada perang Yamamah.

Dikisahkan bahwa sebelum peperangan dimulai, Asad ibn Abdul Asad al-Makhzumi keluar dari pasukan Quraisy seraya berkata, “Demi tuhan, aku sungguh-sungguh akan meminum air kolam mereka, akan merusaknya (kolam air), atau mati di hadapannya.” Maka, ketika ia sudah mendekat, Hamzah pun merintanginya dan menyerangnya. Hamzah berhasil memukulnya hingga kakinya retak. Akan tetapi, Asad masih terus merangkak menuju ke kolam guna memenuhi sumpahnya dan Hamzah terus mengikutinya, memukul, dan akhirnya membunuhnya di depan kolam tersebut.
Setelah al-Aswad terbunuh, 3 orang pasukan berkuda Quraisy maju ke depan seraya menantang pasukan muslimin untuk melakukan pertempuran satu lawan satu. Ketiganya adalah Utbah ibn Rabi’ah serta saudaranya, Syaibah ibn Rabi’ah, dan Walid ibn Utbah. Maka, majulah dari pihak pasukan muslimin 3 pemuda Anshar. Mereka adalah Auf ibn Harits, Muadz ibn Harits (ibu keduanya adalah Afra) dan Abdullah ibn Rawahah.

Akan tetapi, pasukan Quraisy menolak ketiga orang tersebut. Mereka meminta berlempur dengan anak paman-paman mereka dari kalangan Muhajirin. Maka, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan Ubaidah ibn Harits, Hamzah, dan Ali untuk melawan mereka satu lawan satu. Pada saat itu, Hamzah bertugas melawan Utbah, Ubaidah melawan Walid, dan Ali melawan Syaibah. Akhirnya, Ali dan Hamzah berhasil membunuh kedua lawan mereka. Kemudian keduanya membantu Ubaidah, karena keduanya memperkirakan bahwa Walid yang akan memenangkan pertempuran atas Ubaidah.

Tentang keenam orang yang bertanding satu lawan satu itu, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka.” (QS. Al-Hajj: 19)

Setelah pertandingan satu lawan satu usai, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam meminta Ali untuk memberikan segenggam kerikil kepada beliau. Lantas, Ali pun memberikan segenggam kerikil kepada Rasulullah. Dan sesaat kemudian, beliau langsung melemparkannya ke muka pasukan Quraisy. Akibatnya, setiap orang Quraisy yang terkena lemparan itu, kedua matanya penuh dengan kerikil. Karena kejadian ini, turunlah firman Allah: “Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.” (QS. Al-Anfal: 17)

Kaum muslimin, saat itu, terjun ke medan pertempuran dengan bermodalkan kekuatan iman yang sangat besar. Lalu, dengan penuh keyakinan mereka menyerang kaum musyrikin Quraisy dan satu persatu berhasil membunuh pemimpin-pemimpin Quraisy. Bahkan, juga menurunkan balatentara perang-Nya yang terdiri dari para malaikat untuk membantu kaum muslimin dan melenyapkan musuh-musuh mereka. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya, “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (1ngatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin, ‘Apakah tidak cukup bagi kamu, Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?’ ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 123-126)

Kemudian, Allah juga menurunkan ayat: “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankanNya bagimu, ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang bertutut-turut. Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tentram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana. (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentramanan dari padaNya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).”(QS. Al-Anfal: 9-11)

Setelah itu, Allah menurunkan ayat-Nya: “(1ngatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.’ Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala-kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.” (QS. Al-Anfal: 12)

Hal senada juga banyak diriwayatkan dalam hadis-hadis. Di dalam Al-Musnad (2/194,Syakir) diriwayatkan: Ketika seorang tentara muslim akan menyerang seorang tentara musyrik di depannya, tiba-tiba ia mendengar pukulan cemeti di atasnya dan suara seorang penunggang kuda berkata, “Majulah Haizum!’ Sesaat kemudian, tentara musyrik yang akan diserangnya sudah tersungkur ke tanah. Lalu, ia mencoba melihatnya dari dekat. Maka, ia melihat hidung tentara musyrik sudah lenyap dan wajahnya hancur seperti terkena pukulan cemeti. Setelah peristiwa tersebut, datanglah seorang Anshar kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam dan menceritakan peristiwa tersebut kepadanya. Beliau menjawab, ‘Aku mempercayainya. Karena itu merupakan pertolongan dari langit ketiga’.”

Sementara itu, Ahmad (Bukhari/al-Fath 15/181/no:3995) menceritakan: Seorang laki-laki Anshar berperawakan pendek datang dengan membawa Abbas sebagai tawanan. Di hadapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam, Abbas berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya orang ini (seraya menunjuk pada orang Anshar tadi) bukan yang menawanku. Aku ditawan oleh seorang laki-laki botak, tetapi sangat tampan dan ia menunggang seekor kuda belang. Sungguh, belum pernah aku melihat orang seperti itu di pasukanmu).” Maka, orang Anshar tadi menyela, “Ya Rasulullah, akulah yang telah menawannya.” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam spontan berkata, “Diam … Allah telah memberikan kekuatan kepadamu dengan bantuan para malaikat yang mulia.”

Umawi (Bukhari/al-Fath 15/180/no:3995) menuturkan: Saat berada di dalam kemahnya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam mengangguk sebanyak satu kali (seperti terserang rasa kantuk) kemudian tersadar. Setelah itu, beliau berkata kepada Abu Bakar, “Wahai Abu Bakar, kabarkanlah berita gembira ini. Sesungguhnya bantuan Allah telah datang kepadamu. Aku melihat Jibril tengah melipat penutup kepalanya, mengambil tali kendali kudanya, dan akan mengendarainya ke tengah-tengah peperangan yang tengah bergejolak. Sungguh, bantuan dan pertolongan Allah telah datang kepadamu.”

Selain itu, beberapa hadis juga ada yang meriwayatkan keikutsertaan para malaikat dalam perang badar ini, sekalipun tidak menyebutkannya secara langsung. Bukhari (Al-Mutadrak 3/361) misalnya, ia meriwayatkan bahwa pada saat perang Badar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda, “Itu adalah Jibril. Ia telah memegang kepala kudanya seraya menenteng senjata.”

Di dalam riwayat lain, Bukhari (diriwayatkan Ibnu Ishaq tanpa silsilah periayatan-Ibnu Hisyam 2/336) menuturkan: Jibril telah datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam dan berkata kepada beliau,”Dengan apa kalian menyebut orang-orang yang berjuang di perang Badar ini?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, “Mereka adalah orang muslim terbaik.” Maka, Jibril berkata, “Begitu pula dengan malaikat yang ikut serta dalam perang Badar ini. Mereka adalah termasuk muslim terbaik. “

Dalam perang Badar ini, banyak sekali tentara kaum muslimin yang mendapatkan karamah dan pertolongan dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Salah satunya adalah yang dialami oleh Ukkasah ibn Mihshan. Syahdan, ia berperang dengan mempergunakan pedangnya hingga pedang itu patah. Maka, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam memberikan kepadanya sebatang kayu sebagai ganti pedangnya agar ia terus bertempur. Namun, tiba-tiba kayu itu berubah menjadi pedang yang berukuran panjang, sangat kuat, dan mengkilat. Lalu, Ukkasah mempergunakan pedang tersebut pada perang Badar dan perang-perang yang lainnya hingga akhirnya mengantarkan Ukkasah pada pintu kesyahidan. Peperangan terakhir yang ia ikuti adalah perang Yamamah. Saat itulah ia gugur sebagai syahid.

Sementara itu, seorang Iblis yang sebelumnya menyamar sebagai Suraqah ibn Malik, saat melihat keganasan para malaikat dan kaum muslimin terhadap para tentara musyrikin, ia melarikan diri dan kemudian menceburkan diri ke lautan

Selain itu, kita juga harus melihat firman Allah, “Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan, ‘Tidak ada seorang manusia yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu.’ Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata, ‘Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu; sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah.’ Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS. AlAnfa!: 48 )

assalamualaikum....

assalamualaikum. .bismillahirrahm aanirraahim. .
to all my beloved nuqaba' n friends..please read this article..deep. .n sincerely whispered by my qalbb..correct me if i wrote smthing yg lari dari our prinsip kan..read thru this article..aasif kalau ia tidak membina,tapi,kebimbangan ana pada masalah cinta anta-anti di kalangan kita..i was in that situation before..maybe...kononnya ukhuwwah fillah abadan abada..line tarbiah..uhuhu...terrible..insyaAllah,i will discuss this in the context of islam...i did questioning n berbincang dengan beberapa ikhwah di mesir and UK b4 tntg cinta anta-anti which probably wujud dalam hidup kita..and the conclusion was...
"believe in Allah..who else can we depend on?..HE will guide ME,n all of us..insyAllah. .jgn takut dengan jodoh..percayalah. .bg ana,an arranged marriage is more stable n better than a love marriage..rite? eh ye ke..[[some say that the issue of this marriage depends on the ruling on what came before it. If the love between the two parties did not transgress the limits set by Allaah or make them commit sin,its ok..it doesnt mean that having love b4 marriage is haram if ikut line syariah]]..i questioned them several times..pe syarat2 yg ikut syariah tuh?hehe..manipulat ing your kawan2 / jemaah ke?ataupun no sms..no emel2..no calling2..sanggup bangun kul 3 pagi semata2 nak gerak buah hati??difficult rite?so,leave it..[kata kawan ana - takpe akhi,ana jaga batasan2nya. .ikut syarak..kejut tahajud..gerakkan dia bangun qiam..pesan baca mathurat..kan ikut syarak tuh]..i allowed myself to be mad of at the moment i heard this point...ana nih tunggul ker..kejutkan ana dan ikhwah lain boleh tahan jugak..nih kejut akhawat..why my ummah and akhil muslim????" - nik abduh
"...it is halal to talk to them in the presence of mahrams for the purpose of getting to know them for wedding arrangements etc...It is haram to go out with them alone and chatting freely about all this and that, or inappropriate talk.." - omar gamal (ana dah edit sket kata2 dia..lupa)
"Love we can not catogorize as halal or haram anyway because this is not an action, it is a feeling. The feeling could be developed from haram interaction or halal interaction, so the verdict about the feeling can be derived from the action and we can not make a blanket catogorisation that "love before marriage is haraam", in any case we should love all muslims for the sake of Allah although we are not married or related to them all.." - al-faramawy..egyptian.. hehe..tul jugak..
read this ya..kalau benar,amiklah. .kalau tak betul..perbaikilah. .bacalah artikel tanpa konklusi ini...evaluate. .
LOVE BEFORE MARRIAGE..
If a man feels some attraction towards a woman whom it is permissible for him to marry her, and vice versa, there is no answer to the problem except marriage. The Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “We do not think that there is anything better for those who love one another than marriage.” (Narrated by Ibn Maajah, 1847; classed as saheeh by al-Busayri and by Shaykh al-Albaani in al-Silsilah al-Saheehah, 624)
Al-Sindi said, as noted in Haamish Sunan Ibn Maajah:
The phrase “We do not think that there is anything better for those who love one another than marriage” may be understood to refer to two or to more than two. What this means is that if there is love between two people, that love cannot be increased or made to last longer by anything like marriage. If there is marriage as well as that love, that love will increase and grow stronger every day.”
But if that marriage comes about as a result of an illicit love relationship, such as when they meet and are alone together and kiss one another, and other haraam actions, then it will never be stable, because they committed actions that go against sharee’ah and because they have built their lives on things that will have the effect of reducing blessings and support from Allah, for sin is a major factor in reducing blessings, even though some people think, because of the Syaitan’s whispers, that falling in love and doing haram deeds makes marriage stronger.
Moreover, these illicit relationships that take place before marriage will be a cause to make each party doubtful about the other. The husband will think that his wife may possibly have a similar relationship with someone else, and even if he thinks it unlikely, he will still be troubled by the fact that his wife did do something wrong with him. And the same thoughts may occur to the wife too, and she will think that her husband could possibly have an affair with another woman, and even if she thinks it unlikely, she will still be troubled by the fact that her husband did something wrong with her.
So each partner will live in a state of doubt and suspicion, which will ruin their relationship sooner or later.
The husband may condemn his wife for having agreed to have a relationship with him before marriage, which will be upsetting for her, and this will cause their relationship to deteriorate.
Hence we think that if a marriage is based upon an illicit premarital relationship, it will most likely be unstable and will not be successful.
With regard to arranged marriages where the family chooses the partner, they are not all good and not all bad. If the family makes a good choice and the woman is religious and beautiful, and the husband likes her and wants to marry her, then there is the hope that their marriage will be stable and successful. Hence the Prophet (peace and blessings of Allah be upon him) urged the one who wants to get married to look at the woman. It was narrated from al-Mugheerah ibn Shu’bah that he proposed marriage to a woman, and the Prophet (peace and blessings of Allah be upon him) said, “Go and look at her, because that is more likely to create love between you.” (Narrated by al-Tirmidhi, 1087; classed as hasan by al-Nasaa’i, 3235)
But if the family make a bad choice, or they make a good choice but the husband does not agree with it, then this marriage is most likely doomed to failure and instability, because the marriage that is based on lack of interest usually is not stable..and the best is that,asking your naqiibb if dah sampai seru...hehe. .no love..no dating2..no "coupling2" b4 marriage..malu lah utk menggunakan term "ukhuwwah fillah" if we commit sins...And Allah knows best..
emel me back kalau rasa ianya salah..i wil accept any comments..

anak murid ROS pertama mun...windunye...




University Pendidikan Sultan Idris (English: Sultan Idris University of Education) or UPSI is a public university in the town of Tanjung Malim, Perak in Malaysia. First established in 1922 as a teachers college, it is one of the oldest functioning institutions of higher learning in Malaysia

The history of UPSI dates back to 1922 when the University was then known as the Sultan Idris Training College (SITC). It was set mooted by the then Deputy Director of Malay Schools, Sir R.O. Winstedt as a training college for Malay teachers. Named after the late Sultan Idris Murshidul Azam Shah, the 28th Sultan of Perak, the college was opened on November 29, 1922 by the Chief Secretary of the Federated Malay States, Sir George Maxwell.

The initial instructional regime required students to complete a three year course of training where traditional skills and arithmetic were taught. With the adoption of the Education Ordinance 1957 based on the recommendations of the 1956 Education Committee Report (better known as the Razak Report), the training course was extended to 5 years and new subjects were introduced. SITC also came to be officially known by its Malay name, Maktab Perguruan Sultan Idris (English: Sultan Idris Teachers College) or MPSI.

In 1976, MPSI became co-educational with the admission of the first batch of 150 female students. In 1987, MPSI was upgraded and renamed Institut Perguruan Sultan Idris (English: Sultan Idris Teachers Institute) or IPSI and new courses were made available leading to a degree conferred by Universiti Pertanian Malaysia (today known as Universiti Putra Malaysia.

IPSI was upgraded to a full university bearing its current name on May 1, 1997 in line with the plans by Malaysia to increase the number of graduate teachers in both primary and secondary schools [1] [2].

Campus
The picturesque main campus is located on a 80 hectare site in the town of Tanjung Malim that straddles both the Perak and Selangor state border. A new campus is currently being built on an 800-acre (3.2 km2) site in the new township of Proton City, 5 kilometers away from the current campus [3].

Academics
UPSI currently offers multiple undergraduate and postgraduate programs in pedagogy in 8 faculties [4] :

Faculty of Arts and Music
One of the first faculties to be formed upon the establishment of UPSI as a university as the successor of IPSI's Department of Social Studies, the faculty was originally known as the Faculty of Social Sciences and Arts offering programs in Counsellor Education, Arts Education and Music Education. It currently programs in Art, Music, Living Skills and Technical Education [5].

Faculty of Business and Economics
Established in 2002, the faculty currently offers programs in Accountancy, Business Management, Economics, and Education Management [6].

Faculty of Cognitive Sciences and Human Development
One of the first faculties to be formed upon the establishment of UPSI as a university, the faculty currently offers programs in Early Childhood Education, Guidance and Counselling, Educational Foundation, Primary School Education, and Special Education [7].

Faculty of Information and Communications Technology
Until 2002, programs in Information Technology were provided by the Faculty of Science and Technology. In 2002, the faculty was established and currently offers programs the various disciplines of Information Technology, and Multimedia [8].


Faculty of Languages
One of the first faculties to be formed upon the establishment of UPSI as a university, the faculty in continuation of the tradition of language and literature studies since the formation of SITC in 1922, currently offers programs in Malay Language, TESL, and Malay literature [9].

Faculty of Science and Technology
One of the first faculties to be formed upon the establishment of UPSI as a university, the faculty offers programs in Biology, Chemistry, Physics and Mathematics [10].

Faculty of Social Sciences and Humanities
Established in 2005, the faculty currently offers programs in Geography, History, Moral Studies, Islamic and Asian Civilisation, Syariah and Usuluddin [11].

Faculty of Sports Science
Established in 2005, the faculty currently offers programs in Sports Science and Sports Psychology [12].


sedapnye kalo dpt mkn lemang dengan rendangkn..selalu kalo balik kampung mesti byk mknn...kdg2 bile da mkn x sedar da mkn 2 pnggn....tapi itula yang dikatakan tentang pengalaman raya...

lemang nie cntik je nmpk...skg ade mcm2 lemang..lemang pulut..lemang durian pun ade...mahal jgkla..nk msk sdri sush...hmmm...sedapnye kn...



assalamualaikum...terlebih dahulu ingin mengucapkan terima kasih sebab view blog nie....nama saya munirah jamaluddin..masih belajar.di upsi...untuk menjadi seorang guru...apa erti sebenarnya seorg guru.yang pasti ia membawa seribu pengertian untuk saya. yang moon nak cerita dalam blog ini adalah segala maklumat yang moon dapati berfaedah untuk semua...

Thursday, September 18, 2008

kenali seorang rasul iaitu RASULLULAH S.A.W


KENALI NABI MUHAMMAD S.A.W. SECARA LAHIRIAH

Begitu indahnya sifat fizikal Baginda, sehinggakan orang ulama Yahudi yang pada pertama kalinya bersua muka dengan Baginda lantas melafazkan keislaman dan mengaku akan kebenaran apa yang disampaikan oleh Baginda.

Di antara kata-kata apresiasi para sahabat ialah:
- Aku belum pernah melihat lelaki yang sekacak Rasulullah.
- Aku melihat cahaya dari lidahnya..
- Seandainya kamu melihat Baginda, seolah-olah kamu melihat matahari terbit.
- Rasulullah jauh lebih cantik dari sinaran bulan.
- Rasulullah umpama matahari yang bersinar.
- Aku belum pernah melihat lelaki setampan Rasulullah.
- Apabila Rasulullah berasa gembira, wajahnya bercahaya spt bulan purnama.
- Kali pertama memandangnya sudah pasti akan terpesona.
- Wajahnya tidak bulat tetapi lebih cenderung kepada bulat.
- Wajahnya seperti bulan purnama.
- Dahi baginda luas, raut kening tebal, terpisah ditengahnya.
- Urat darah kelihatan di antara dua kening dan nampak semakin jelas semasa marah.
- Mata baginda hitam,dengan bulu mata yang panjang.
- Garis-garis merah di bahagian putih mata, luas kelopaknya, kebiruan asli di bahagian sudut.
- Hidungnya agak mancung, bercahaya penuh misteri, kelihatan luas sekali pertama kali melihatnya.
- Mulut baginda sederhana luas dan cantik.
- Giginya kecil dan bercahaya, indah tersusun, renggang di bahagian depan.
- Apabila berkata-kata, cahaya kelihatan memancar dari giginya.
- Janggutnya penuh dan tebal menawan.
- Lehernya kecil dan panjang, terbentuk dengan cantik seperti arca. Warna lehernya putih seperti perak sangat indah.
- Kepalanya besar tapi terlalu elok bentuknya.
- Rambutnya sedikit ikal.
- Rambutnya tebal kdg-kdg menyentuh pangkal telinga dan kadang-kadang mencecah
bahu tapi disisir rapi.
- Rambutnya terbelah di tengah.
- Di tubuhnya tidak banyak rambut kecuali satu garisan rambut menganjur dari dada ke pusat.
- Dadanya bidang dan selaras dgn perut. Luas bidang antara kedua bahunya lebih daripada biasa.
- Seimbang antara kedua bahunya.
- Pergelangan tangannya lebar, lebar tapak tangannya, jarinya juga besar dan tersusun dgn cantik.
- Tapak tangannya bagaikan sutera yang lembut.
- Perut betisnya tidak lembut tetapi cantik. Kakinya berisi tapak kakinya terlalu licin sehingga tidak melekat air.
- Terlalu sedikit daging di bahagian tumit kakinya.
- Warna kulitnya tidak putih spt kapur atau coklat tapi campuran coklat dan putih.
- Warna putihnya lebih banyak.
- Warna kulit baginda putih kemerah-merahan.
- Warna kulitnya putih tapi sihat.
- Kulitnya putih lagi bercahaya.
- Binaan badannya sempurna, tulang-temulangnya besar dan kukuh.
- Badannya tidak gemuk.
- Badannya tidak tinggi dan tidak pula rendah, kecil tapi berukuran sederhana lagi kacak.
- Perutnya tidak buncit.
- Badannya cenderung kepada tinggi,semasa berada di kalangan org ramai baginda kelihatan lebih tinggi drpd mereka.

KESIMPULANNYA :

Nabi Muhammad s.a.w adalah manusia agung yang ideal dan sebaik-baik contoh
sepanjang zaman.

Semulia-mulia insan di dunia... untuk mengingatkan kita...

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"."Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah
yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi
Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian
dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu, " kata
Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul
Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa
saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata
Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak
tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah
tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii!" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah
kita mencintai sepertinya? Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa'alaihi wasahbihi wasallim. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk
mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan RasulNya mencintai kita. Kerana sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Amin...

Usah gelisah apabila dibenci manusia kerana masih banyak yang menyayangimu di dunia, tapi gelisahlah apabila dibenci Allah kerana tiada lagi yang mengasihmu di akhirat kelak

"sukarnya untk umat menerima..bahkan payah untk Umar mempercaya.. .tetapi iman merelakan jua.. bahawa MANUSIA KAN MATI AKHIRNYAAA.. .."
-inteam, pemergianmu-

sayu x bc crita nie.. ana rs sebak sgt. btapa hebtnya pengorbanan baginda Rasulullah S.A.W kpd kt smua.. sejauh mana pengorbanan kita kepada baginda??? fikir2kanlah sahabat.. sempena hari baik, bulan baik ni sentiasalah berselawat kepadanya, dan amalkan Sunnahnya... moga2 kita semua tergolong dalam golongn yang mendapat syafaat darinya... ameen... :)
SALAM RAMADHAN KAREEM...:)